Profesi medik veteriner memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan hewan sekaligus melindungi masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis. Tugas seorang dokter hewan tidak terbatas pada pemeriksaan, diagnosis, dan terapi, tetapi juga mencakup pengawasan produk hewan yang aman dikonsumsi serta penerapan prinsip kesejahteraan hewan di berbagai sektor.
Dalam menghadapi Uji Kompetensi Medik Veteriner (UKOM), calon dokter hewan dituntut memiliki penguasaan ilmu yang luas, mulai dari dasar-dasar kedokteran hewan hingga penerapan praktik berbasis bukti ilmiah. Kisi-kisi yang disajikan berikut ini menjadi pedoman utama dalam persiapan ujian, sehingga peserta dapat belajar lebih terarah dan siap menghadapi tantangan profesi secara komprehensif.
Daftar Isi
ToggleKisi-Kisi Uji Kompetensi Medik Veteriner

Kisi-kisi ini menjadi acuan resmi untuk menilai kompetensi dokter hewan, mencakup penguasaan ilmu dasar, pemeriksaan klinis, terapi, kesehatan masyarakat veteriner, epidemiologi, kesejahteraan hewan, hingga etika dan regulasi praktik profesi, sehingga peserta dapat mempersiapkan diri secara lebih terarah.
- Dasar Ilmu Kedokteran Hewan
Menguasai anatomi, fisiologi, biokimia, farmakologi, dan patologi hewan. Pemahaman ini menjadi landasan dalam penegakan diagnosa dan terapi. - Pemeriksaan Klinis dan Diagnosa Hewan
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, serta penegakan diagnosa diferensial pada hewan besar, hewan kecil, unggas, dan satwa eksotik. - Terapi dan Pengobatan Hewan
Menguasai farmakoterapi, pemberian obat, pencegahan resistensi antimikroba, serta prosedur bedah dasar dan penanganan kasus klinis umum. - Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
Memahami zoonosis, keamanan pangan asal hewan, higiene sanitasi, serta sistem jaminan mutu produk hewan. - Penyakit Infeksius dan Non-Infeksius
Mendeteksi, mendiagnosis, dan menatalaksana penyakit menular strategis (rabies, avian influenza, anthrax, brucellosis, dll.) serta penyakit metabolik dan degeneratif. - Epidemiologi dan Surveilans Penyakit Hewan
Mampu melakukan surveilans penyakit, investigasi wabah, analisis faktor risiko, serta menyusun strategi pengendalian penyakit. - Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare)
Menerapkan prinsip kesejahteraan hewan (5 freedoms), etika perlakuan terhadap hewan, serta pengawasan transportasi, pemeliharaan, dan pemotongan hewan. - Manajemen Kesehatan Ternak dan Produksi
Menyusun program kesehatan hewan pada peternakan, biosekuriti, vaksinasi, serta upaya peningkatan produktivitas dan ketahanan ternak. - Keselamatan Kerja dan Biosekuriti
Menerapkan prosedur biosafety di laboratorium dan lapangan, penggunaan APD, serta pencegahan infeksi silang antara hewan dan manusia. - Etika Profesi dan Regulasi Praktik
Menjunjung tinggi kode etik dokter hewan, mematuhi peraturan praktik veteriner, serta memiliki STRV (Surat Tanda Registrasi Veteriner) sebagai legalitas profesi. - Praktik Veteriner Berbasis Bukti (Evidence-Based Veterinary Medicine)
Menggunakan hasil penelitian terbaru, pedoman WHO/OIE, serta data ilmiah dalam pengambilan keputusan klinis.
Contoh Soal Uji Kompetensi Medik Veteriner
Berikut adalah contoh soal Uji Kompetensi Medik Veteriner yang dapat digunakan sebagai bahan latihan. Soal-soal ini disusun berdasarkan kisi-kisi resmi dan dirancang untuk mengasah kemampuan analisis serta pemahaman mendalam peserta ujian.
Soal Nomor 1
Seorang dokter hewan menemukan kasus kuda pacuan yang menunjukkan gejala sesak napas, keringat berlebihan, dan kelelahan berulang meskipun sudah diberikan terapi simptomatis. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan adanya gangguan keseimbangan elektrolit. Berdasarkan dasar ilmu kedokteran hewan, manakah langkah paling tepat yang seharusnya dilakukan dokter hewan untuk menegakkan diagnosis secara komprehensif?
A. Mengandalkan anamnesis tanpa pemeriksaan laboratorium
B. Memberikan terapi elektrolit tanpa konfirmasi diagnosis
C. Melakukan uji coba pengobatan secara empiris pada kuda
D. Segera merujuk ke dokter hewan spesialis tanpa data klinis lengkap
E. Melakukan pemeriksaan biokimia darah secara mendalam untuk menilai fungsi organ terkait
Jawaban: E
Pembahasan: Gangguan metabolik pada kuda pacuan membutuhkan evaluasi biokimia darah untuk menilai fungsi organ, elektrolit, dan keseimbangan fisiologis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tidak cukup. Terapi tanpa konfirmasi dapat menimbulkan risiko salah penanganan. Oleh karena itu, pemeriksaan biokimia merupakan dasar penegakan diagnosis sesuai kompetensi Dasar Ilmu Kedokteran Hewan.
Soal Nomor 2
Seekor anjing menunjukkan gejala batuk kronis dan penurunan berat badan. Pemiliknya mengaku hewan tersebut sering dibawa ke daerah endemis penyakit cacing jantung. Sebagai dokter hewan, langkah awal pemeriksaan klinis yang paling tepat adalah…
A. Melakukan anamnesis rinci, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah mikrofilaria
B. Memberikan antibiotik untuk mengatasi kemungkinan infeksi sekunder
C. Langsung merujuk ke laboratorium histopatologi
D. Memberikan obat cacing spektrum luas tanpa diagnosa pasti
E. Melakukan tindakan bedah jantung untuk mengangkat cacing
Jawaban: A
Pembahasan: Kasus cacing jantung (Dirofilaria immitis) membutuhkan anamnesis mendalam, pemeriksaan fisik (auskultasi jantung-paru), serta pemeriksaan darah mikrofilaria. Pemberian obat atau tindakan bedah tanpa konfirmasi akan membahayakan pasien. Hal ini sesuai kompetensi Pemeriksaan Klinis dan Diagnosa Hewan.
Soal Nomor 3
Dalam penanganan kasus infeksi bakteri pada sapi perah, seorang dokter hewan berencana memberikan antibiotik. Untuk mencegah resistensi antimikroba, strategi yang paling sesuai adalah…
A. Menggunakan antibiotik spektrum luas tanpa uji kepekaan
B. Menghentikan terapi segera setelah gejala berkurang
C. Menggunakan antibiotik dosis rendah untuk jangka panjang
D. Melakukan uji kepekaan antibiotik sebelum menentukan pilihan terapi
E. Memberikan kombinasi antibiotik secara acak untuk mempercepat kesembuhan
Jawaban: D
Pembahasan: Uji kepekaan antibiotik (antibiotic sensitivity test) adalah prosedur wajib sebelum menentukan terapi agar pengobatan tepat sasaran dan mencegah resistensi. Pemberian obat tanpa uji kepekaan, baik spektrum luas maupun kombinasi acak, meningkatkan risiko resistensi. Hal ini sesuai dengan kompetensi Terapi dan Pengobatan Hewan.
Soal Nomor 4
Seorang dokter hewan ditugaskan memantau kasus dugaan avian influenza di sebuah peternakan unggas. Untuk memastikan diagnosis dan pengendalian penyakit, langkah epidemiologi yang paling tepat dilakukan adalah…
A. Memberikan vaksinasi massal tanpa investigasi wabah
B. Mengisolasi peternakan tanpa laporan resmi
C. Melakukan surveilans penyakit, pengambilan sampel laboratorium, dan analisis faktor risiko
D. Menyembelih seluruh populasi unggas tanpa konfirmasi laboratorium
E. Mengandalkan laporan peternak tanpa verifikasi lapangan
Jawaban: C
Pembahasan: Dalam kasus penyakit menular strategis seperti avian influenza, dokter hewan harus melakukan surveilans aktif, investigasi lapangan, analisis faktor risiko, serta pemeriksaan laboratorium sebelum mengambil keputusan. Langkah ini sesuai kompetensi Epidemiologi dan Surveilans Penyakit Hewan.
Soal Nomor 5
Seorang dokter hewan menemukan praktik pengangkutan sapi potong dengan kepadatan tinggi dan ventilasi buruk. Hal tersebut berpotensi menimbulkan stres serta cedera pada hewan. Prinsip kesejahteraan hewan yang paling dilanggar dalam kasus ini adalah…
A. Bebas dari rasa takut dan tertekan
B. Bebas mengekspresikan perilaku alami
C. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit
D. Bebas dari rasa lapar dan haus
E. Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan
Jawaban: B
Pembahasan: Kepadatan berlebihan dan ventilasi buruk membatasi ekspresi perilaku alami serta menimbulkan stres pada sapi. Hal ini melanggar salah satu dari 5 Freedoms dalam kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah B sesuai kompetensi Kesejahteraan Hewan.
Soal Nomor 6
Di sebuah peternakan ayam pedaging, ditemukan kasus penurunan produksi disertai angka kematian meningkat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya infeksi Salmonella spp. Sebagai dokter hewan, tindakan kesehatan masyarakat veteriner yang paling tepat adalah…
A. Memberikan antibiotik spektrum luas secara massal tanpa uji laboratorium lanjutan
B. Melakukan pemusnahan seluruh ayam tanpa koordinasi dengan pihak berwenang
C. Menyusun program higiene sanitasi, biosekuriti, serta memastikan keamanan pangan asal hewan
D. Hanya melakukan vaksinasi pada ayam sehat tanpa penanganan kasus
E. Membiarkan ayam terjual ke pasaran dengan syarat dimasak matang
Jawaban: C
Pembahasan: Kasus Salmonellosis pada ayam berkaitan erat dengan aspek Kesmavet karena berisiko menular ke manusia melalui produk asal hewan. Penanganan harus fokus pada biosekuriti, higiene sanitasi, serta keamanan pangan. Pemusnahan atau penggunaan antibiotik tanpa dasar bukan langkah utama.
Soal Nomor 7
Seekor anjing menunjukkan gejala agresif, hipersalivasi, dan fotofobia setelah digigit hewan liar di daerah endemis. Berdasarkan penyakit menular strategis, langkah yang harus diambil dokter hewan adalah…
A. Memberikan vitamin dan cairan infus untuk meningkatkan daya tahan tubuh
B. Segera melaporkan kasus sebagai dugaan rabies dan melakukan konfirmasi laboratorium
C. Mengkarantina anjing tersebut tanpa tindakan lebih lanjut
D. Memberikan obat penenang agar gejala lebih terkendali
E. Menunggu perkembangan gejala sebelum mengambil keputusan
Jawaban: B
Pembahasan: Gejala klinis yang disebutkan sangat mengarah pada rabies, penyakit zoonosis strategis. Sesuai kompetensi Penyakit Infeksius, dokter hewan wajib segera melaporkan kasus, melakukan investigasi, serta konfirmasi laboratorium. Penundaan atau terapi simptomatis saja sangat berisiko.
Soal Nomor 8
Dalam penyelidikan wabah brucellosis pada sapi, seorang dokter hewan ditugaskan menyusun strategi pengendalian penyakit. Langkah paling tepat sesuai epidemiologi veteriner adalah…
A. Melakukan uji serologis, identifikasi faktor risiko, dan eliminasi hewan positif
B. Memberikan terapi antibiotik massal pada seluruh sapi
C. Menyembelih semua sapi tanpa membedakan status kesehatan
D. Hanya mengisolasi sapi yang menunjukkan gejala klinis
E. Menunda tindakan hingga hasil laboratorium keluar seluruhnya
Jawaban: A
Pembahasan: Brucellosis adalah penyakit reproduksi strategis pada sapi yang dikendalikan melalui uji serologis (RBPT/ELISA), identifikasi faktor risiko, biosekuriti, dan eliminasi hewan positif. Terapi massal tidak efektif dan berisiko resistensi. Langkah ini sesuai dengan kompetensi Epidemiologi dan Surveilans Penyakit Hewan.
Soal Nomor 9
Seorang dokter hewan memantau proses pemotongan sapi di rumah potong hewan (RPH). Ia menemukan pekerja tidak menggunakan APD lengkap dan tidak ada prosedur desinfeksi alat setelah digunakan. Berdasarkan prinsip keselamatan kerja, risiko utama yang mungkin terjadi adalah…
A. Penurunan kualitas daging tanpa risiko kesehatan pekerja
B. Penularan zoonosis ke pekerja serta kontaminasi silang produk hewan
C. Hanya penurunan efisiensi kerja di lapangan
D. Peningkatan biaya operasional akibat pemborosan peralatan
E. Tidak ada risiko berarti karena daging akan dimasak matang
Jawaban: B
Pembahasan: Ketidakpatuhan pada biosekuriti dan biosafety di RPH menyebabkan risiko penularan zoonosis ke pekerja dan kontaminasi silang pada produk hewan. Hal ini sesuai kompetensi Keselamatan Kerja dan Biosekuriti.
Soal Nomor 10
Seorang dokter hewan praktik ditawari oleh peternak untuk memberikan surat keterangan sehat pada ternaknya tanpa dilakukan pemeriksaan klinis. Jika dokter tersebut menyetujuinya, maka kode etik profesi yang paling dilanggar adalah…
A. Integritas profesional dalam menjunjung kebenaran ilmiah
B. Kewajiban dokter hewan untuk meningkatkan produktivitas ternak
C. Kewajiban dokter hewan dalam menjaga rahasia kedokteran
D. Kewajiban untuk mendukung penelitian berbasis bukti
E. Hak dokter hewan untuk mendapatkan kompensasi dari jasa praktik
Jawaban: A
Pembahasan: Memberikan surat keterangan sehat tanpa pemeriksaan klinis melanggar integritas profesional dan kode etik dokter hewan. Praktik tersebut menyalahi regulasi profesi dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Kompetensi terkait: Etika Profesi dan Regulasi Praktik.
Soal Nomor 11
Seekor kucing dibawa ke klinik dengan gejala hipersalivasi, tremor otot, pupil mengecil, serta muntah berulang setelah pemilik mengaku telah menggunakan obat anti-kutu berbahan dasar organofosfat. Dokter hewan mencurigai keracunan akut pestisida. Untuk memastikan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat, pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan adalah…
A. Memberikan vitamin neurotropik dan memantau perkembangan
B. Mengandalkan anamnesis pemilik tanpa pemeriksaan tambahan
C. Langsung memberikan atropin sulfat sebagai penetapan diagnosis
D. Mengobservasi kucing selama beberapa hari sebelum terapi
E. Melakukan pemeriksaan kadar aktivitas enzim kolinesterase dalam darah
Jawaban: E
Pembahasan: Gejala klinis mendukung dugaan keracunan organofosfat, namun diagnosis yang akurat memerlukan pemeriksaan enzim kolinesterase. Organofosfat bekerja dengan menghambat enzim tersebut, sehingga terjadi akumulasi asetilkolin yang menimbulkan gejala muskarinik dan nikotinik. Hanya anamnesis tidak cukup, dan pemberian atropin tanpa konfirmasi berisiko menutupi gejala lain. Pemeriksaan laboratorium menjadi kunci dalam memastikan paparan pestisida.
Soal Nomor 12
Pada sebuah peternakan sapi perah, beberapa pekerja mengalami demam, ikterus, dan nyeri otot setelah musim hujan. Hasil investigasi menunjukkan lingkungan kandang becek dengan banyak genangan air tercemar urine tikus. Dari aspek kesehatan masyarakat veteriner, tindakan pencegahan yang paling efektif untuk memutus rantai penularan leptospirosis adalah…
A. Mengarantina pekerja agar tidak menularkan ke hewan lain
B. Memberikan antibiotik profilaksis kepada seluruh ternak secara massal
C. Melakukan vaksinasi leptospirosis secara berkala pada sapi
D. Mengabaikan kasus karena penularannya jarang terjadi ke manusia
E. Meningkatkan higiene sanitasi lingkungan dan pengendalian populasi tikus
Jawaban: E
Pembahasan: Leptospirosis adalah zoonosis yang ditularkan melalui urine hewan terinfeksi, terutama tikus, yang mencemari air dan lingkungan. Pencegahan paling penting adalah higiene sanitasi kandang dan pengendalian vektor (tikus). Vaksinasi pada hewan dapat membantu, tetapi tidak sepenuhnya memutus rantai penularan. Antibiotik massal tidak efektif dan berpotensi menimbulkan resistensi. Dengan pengendalian lingkungan, risiko infeksi pada manusia maupun hewan dapat ditekan.
Soal Nomor 13
Di sebuah peternakan unggas, ditemukan kematian mendadak dengan angka morbiditas tinggi. Gejala klinis menunjukkan adanya cyanosis pada jengger dan pial, serta keluarnya cairan dari hidung. Dokter hewan mencurigai penyakit avian influenza (AI). Tindakan awal yang sebaiknya dilakukan sebelum penetapan status wabah adalah…
A. Memberikan suplemen vitamin dan elektrolit untuk meningkatkan daya tahan unggas
B. Memberikan antibiotik spektrum luas untuk menekan kemungkinan infeksi sekunder
C. Melakukan pemotongan unggas yang sakit tanpa dilaporkan ke dinas terkait
D. Mengambil sampel organ untuk uji laboratorium konfirmasi AI
E. Mengamati perkembangan klinis lebih lanjut selama beberapa hari
Jawaban: D
Pembahasan: Avian influenza adalah penyakit unggas strategis dan zoonosis potensial. Penetapan diagnosis tidak boleh hanya berdasarkan klinis, karena gejalanya mirip dengan penyakit lain (ND, kolera unggas). Tindakan utama adalah mengambil sampel organ (trakea, paru, limpa) untuk uji laboratorium PCR/isolasi virus. Observasi saja berisiko keterlambatan, sementara pemberian antibiotik hanya menekan infeksi sekunder, bukan AI itu sendiri. Pelaporan ke otoritas berwenang juga wajib dilakukan setelah konfirmasi laboratorium.
Soal Nomor 14
Seorang dokter hewan ditugaskan menyusun program kesehatan di sebuah peternakan sapi perah besar dengan kapasitas lebih dari 200 ekor. Peternak mengeluhkan adanya penurunan produksi susu akibat sering munculnya kasus mastitis. Sebagai langkah awal dalam program kesehatan, tindakan yang paling tepat adalah…
A. Menyusun jadwal vaksinasi rutin, prosedur biosekuriti, serta sistem pemeriksaan kesehatan ternak secara berkala
B. Memberikan antibiotik intramammary secara rutin pada seluruh sapi sebagai pencegahan mastitis
C. Meningkatkan kadar protein dan energi pada pakan sebagai solusi tunggal peningkatan produksi
D. Hanya melakukan pemeriksaan kebuntingan pada sapi betina produktif
E. Membatasi jumlah tenaga kerja kandang untuk mengurangi kontak dengan hewan
Jawaban: A
Pembahasan: Kasus mastitis sering terkait dengan manajemen peternakan yang kurang baik, terutama higiene pemerahan dan biosekuriti kandang. Program kesehatan harus dimulai dengan jadwal vaksinasi, biosekuriti, monitoring kesehatan ternak, dan manajemen pemerahan. Antibiotik massal bukan solusi berkelanjutan karena berisiko resistensi. Perbaikan pakan memang penting, tetapi tidak langsung menyelesaikan masalah mastitis. Dengan program kesehatan yang terencana, produksi susu dapat ditingkatkan sekaligus mencegah penyakit lain.
Soal Nomor 15
Di sebuah laboratorium veteriner, seorang teknisi sedang menangani sampel darah dan jaringan dari sapi yang diduga terkena antraks. Namun, teknisi tersebut tidak menggunakan sarung tangan dan masker saat bekerja. Apa risiko paling serius dari kelalaian tersebut?
A. Kehilangan data hasil uji karena sampel tidak terolah dengan baik
B. Penularan antraks ke pekerja melalui kontak langsung dengan sampel
C. Hasil uji menjadi tidak valid karena kontaminasi silang antar sampel
D. Kerusakan alat laboratorium akibat penanganan yang kurang hati-hati
E. Tidak ada risiko karena jumlah sampel relatif kecil dan cepat diproses
Jawaban: B
Pembahasan: Antraks termasuk penyakit zoonosis berbahaya dengan agen Bacillus anthracis yang sangat tahan lama di lingkungan. Tanpa APD (masker, sarung tangan, jas lab), teknisi berisiko tertular melalui kontak kulit (cutaneous anthrax) maupun inhalasi. Risiko terbesar adalah kesehatan pekerja, bukan sekadar kualitas sampel. Oleh karena itu, biosafety dan biosekuriti merupakan kewajiban mutlak di laboratorium veteriner.
Soal Nomor 16
Seorang dokter hewan menemukan kasus demam tinggi pada anjing dengan gejala muntah darah. Dari anamnesis, anjing sering kontak dengan satwa liar di sekitar rumah. Diagnosis banding yang paling tepat untuk kasus ini adalah…
A. Rabies, distemper, atau leptospirosis
B. Mastitis, pneumonia, atau enteritis
C. Cacingan ringan tanpa komplikasi
D. Trauma fisik karena perkelahian
E. Defisiensi vitamin dalam jangka panjang
Jawaban: A
Pembahasan: Gejala sistemik pada anjing yang berkaitan dengan satwa liar harus mencurigai penyakit menular berbahaya. Rabies (gigitan satwa liar), distemper (virus multisistem), dan leptospirosis (bakteri zoonosis) termasuk diagnosis banding utama. Penyakit lain pada opsi B–E tidak sesuai dengan pola gejala yang ditampilkan.
Soal Nomor 17
Dalam upaya mencegah resistensi antibiotik di peternakan ayam, dokter hewan harus memperhatikan prinsip penggunaan obat. Langkah yang paling benar adalah…
A. Memberikan antibiotik profilaksis terus-menerus
B. Menggunakan antibiotik hanya berdasarkan hasil uji kepekaan
C. Mencampur semua jenis antibiotik untuk memperkuat efek
D. Memberikan antibiotik dosis tinggi setiap hari
E. Mengabaikan antibiotik dan hanya memberi vitamin
Jawaban: B
Pembahasan: Resistensi antimikroba adalah masalah global. Prinsip utama adalah penggunaan antibiotik berdasarkan hasil uji kepekaan (antibiogram) agar obat yang diberikan tepat sasaran. Profilaksis terus-menerus dan penggunaan campuran tanpa dasar justru mempercepat resistensi.
Soal Nomor 18
Seekor sapi menunjukkan gejala pembengkakan kelenjar limfa, penurunan berat badan progresif, dan batuk kronis. Penyakit infeksius yang paling mungkin adalah…
A. Brucellosis
B. Antraks
C. Tuberkulosis sapi
D. Mastitis
E. Salmonellosis
Jawaban: C
Pembahasan: Tuberkulosis sapi (bovine TB) disebabkan oleh Mycobacterium bovis. Gejalanya khas berupa penurunan berat badan, limfadenitis, dan batuk kronis. Brucellosis lebih menonjol pada gangguan reproduksi, sedangkan antraks akut menyebabkan kematian mendadak.
Soal Nomor 19
Dalam penyusunan strategi pengendalian penyakit, seorang dokter hewan lapangan melakukan surveilans aktif dengan mengunjungi peternakan, mencatat kasus, dan mengambil sampel. Tindakan ini termasuk bagian dari…
A. Biosekuriti kandang
B. Kesejahteraan hewan
C. Higiene sanitasi
D. Epidemiologi dan surveilans penyakit
E. Etika profesi
Jawaban: D
Pembahasan: Surveilans aktif merupakan kegiatan inti dalam epidemiologi veteriner, meliputi deteksi dini, investigasi wabah, dan analisis faktor risiko. Hasilnya digunakan untuk membuat strategi pengendalian penyakit yang lebih efektif.
Soal Nomor 20
Seorang dokter hewan menolak permintaan pemilik hewan untuk memberikan obat tanpa indikasi medis yang jelas. Ia tetap berpegang pada aturan profesi. Sikap ini mencerminkan…
A. Kemampuan manajerial
B. Pengetahuan farmakologi
C. Keterampilan klinis
D. Surveilans penyakit
E. Etika profesi dan regulasi praktik
Jawaban: E
Pembahasan: Dokter hewan wajib menjunjung tinggi kode etik dan regulasi praktik. Menolak permintaan yang bertentangan dengan aturan menunjukkan integritas profesional. Hal ini juga melindungi hewan, pemilik, dan masyarakat dari dampak penggunaan obat yang tidak rasional.
Mau Akses Lebih Banyak Contoh Soal dan Pembahasan Uji Kompetensi Medik Veteriner Terbaru?

Masih banyak kumpulan soal berbobot tinggi dan pembahasan lengkap lainnya yang dapat membantu Anda mempersiapkan diri menghadapi Uji Kompetensi Medik Veteriner (UKMV) dengan lebih percaya diri. Dapatkan akses penuh ke ratusan soal latihan, update kisi-kisi resmi, serta simulasi terbaru hanya di ujikom.id. Kunjungi sekarang dan tingkatkan peluang Anda menjadi dokter hewan profesional yang kompeten, berintegritas, dan siap bersaing di dunia veteriner!