100+ Soal Uji Kompetensi Dokter Umum + Kisi-kisi dan Pembahasan

100+ Soal Uji Kompetensi Dokter Umum + Kisi-kisi dan Pembahasan

Menjadi seorang dokter umum bukan hanya tentang memahami ilmu kedokteran, tetapi juga tentang memiliki kompetensi klinis, etika, dan keterampilan pengambilan keputusan yang benar-benar teruji. Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) atau ujian setara lainnya hadir sebagai gerbang utama untuk memastikan setiap calon dokter memiliki standar minimal kemampuan sebelum terjun langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena itu, memahami pola soal, cakupan materi, serta pendekatan analisis klinis yang benar menjadi langkah wajib bagi setiap peserta yang ingin mencapai hasil optimal.

Dalam artikel ini, Anda akan menemukan kisi-kisi lengkap, contoh soal, serta pembahasan mendalam yang dirancang untuk membantu peserta mengasah pemahaman konseptual maupun keterampilan klinis berbasis skenario. Pembahasan disusun tidak hanya untuk menampilkan jawaban benar, tetapi juga untuk menuntun pembaca memahami clinical reasoning di balik setiap keputusan. Dengan persiapan yang terarah dan latihan yang tepat, peserta dapat menghadapi Uji Kompetensi Dokter Umum dengan kepercayaan diri dan pemahaman yang jauh lebih matang.

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Dokter Umum

Berikut ini merupakan kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Dokter Umum beserta penjelasan singkat setiap poin kisi-kisi

1. Ilmu Penyakit Dalam (Internal Medicine)

Menguji kemampuan menganalisis kasus-kasus umum seperti DM, hipertensi, gagal jantung, tuberkulosis, penyakit ginjal, dan penyakit infeksi. Fokus pada penegakan diagnosis, interpretasi hasil laboratorium, serta penentuan terapi awal yang tepat.

2. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri)

Menilai pemahaman mengenai tumbuh kembang, penanganan penyakit infeksi pada anak, penilaian status dehidrasi, imunisasi, dan keadaan gawat darurat pediatrik. Termasuk kemampuan membedakan kondisi fisiologis normal dan patologis.

3. Ilmu Bedah (Surgery)

Meliputi tatalaksana kegawatdaruratan bedah, trauma, luka, abses, hernia, dan prinsip-prinsip perioperatif. Penilaian fokus pada kapan tindakan invasif diperlukan dan bagaimana manajemen awal di layanan primer.

4. Obstetri dan Ginekologi (Obgyn)

Menguji kemampuan menangani kehamilan normal, komplikasi obstetri seperti preeklampsia, perdarahan, infeksi, serta masalah ginekologi umum. Fokus pada deteksi dini kondisi bahaya dan langkah stabilisasi.

5. Ilmu Kesehatan Jiwa (Psikiatri)

Menilai kemampuan mengenali gangguan kecemasan, depresi, psikosis, risiko bunuh diri, serta pendekatan komunikasi terapeutik. Termasuk pembuatan diagnosis berdasarkan gejala psikologis yang tersusun secara klinis.

6. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas

Mencakup epidemiologi dasar, surveilans, penilaian risiko kesehatan masyarakat, promosi kesehatan, serta program kesehatan nasional. Menguji kemampuan interpretasi data populasi dan pengambilan keputusan berbasis bukti.

7. Etika, Profesionalisme, dan Hukum Kedokteran

Menilai pemahaman tentang informed consent, kerahasiaan medis, konflik kepentingan, hak pasien, penanganan kasus sensitif, serta keputusan klinis berbasis etika kedokteran. Termasuk pemahaman batas kewenangan dokter umum.

8. Kegawatdaruratan Medis (Emergency Medicine)

Fokus pada penanganan ABC (Airway, Breathing, Circulation), shock, anafilaksis, trauma, stroke, dan serangan jantung. Menguji kecepatan analisis dan ketepatan langkah stabilisasi awal sesuai standar.

9. Farmakologi Klinis dan Terapi Obat

Menguji kemampuan memilih obat yang aman dan efektif, perhitungan dosis, interaksi obat, kontraindikasi, serta penggunaan obat pada kelompok khusus seperti anak, lansia, dan ibu hamil.

10. Skills Klinis Dasar

Meliputi pemeriksaan fisik, interpretasi laboratorium dasar, analisis EKG sederhana, pembacaan foto toraks dasar, dan pengambilan keputusan berbasis temuan klinis. Ditekankan pada kemampuan praktis dan penalaran klinis.

Contoh Soal Uji Kompetensi Dokter Umum dan Pembahasan

Berikut ini merupakan contoh soal uji kompetensi Dokter umum, soal HOTS disertai kunci jawaban dan pembahasan

Soal 1

Seorang laki-laki 58 tahun datang ke UGD dengan nyeri dada tengah yang menjalar ke kiri sejak 3 jam yang lalu. Riwayat: hipertensi terdiagnosis 10 tahun, merokok 20 batang/hari selama 30 tahun, tidak teratur minum obat. Saat datang: tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 98/mpm, pernapasan 20/mpm, SpO₂ 97% ruangan, kulit berkeringat, pucat. EKG pada kedatangan menunjukkan elevasi ST V2–V4, QRS normal, takikardia sinusal. Troponin I awal positif. Pemeriksaan laboratorium: gula darah 180 mg/dL, kreatinin 1,1 mg/dL.
Pertimbangan terapi reperfusi yang paling tepat saat ini pada fasilitas yang memiliki fasilitas kateterisasi jantung (PCI) dan pasien dapat dirujuk ke ruang kateter dalam 60 menit adalah:

A. Memberikan fibrinolitik segera di UGD, lalu merujuk ke PCI jika perlu.
B. Melakukan primary PCI sesegera mungkin (door-to-balloon ≤ 90 menit).
C. Menunda reperfusi dan memulai terapi konservatif (antiplatelet + antikoagulan) karena tekanan darah pasien cukup tinggi.
D. Memberikan aspirin dan nitrat saja, lalu observasi 24 jam sebelum memutuskan tindakan invasif.
E. Menunggu hasil troponin serial dan hanya melakukan PCI jika troponin menunjukkan kenaikan signifikan.

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Gambaran klinis dan EKG (elevasi ST pada V2–V4) konsisten dengan infark miokard anterior akibat oklusi arteri koronaria (STEMI). Pada fasilitas yang menyediakan PCI dan jika dapat dilakukan dalam waktu yang direkomendasikan (door-to-balloon ≤ 90 menit), primary PCI adalah terapi reperfusi pilihan utama karena menurunkan mortalitas dan komplikasi dibanding fibrinolitik. Opsi A (fibrinolitik) dipilih bila PCI tidak tersedia dalam waktu target atau pasien berada jauh dari pusat PCI. Opsi C/D/E menunda reperfusi tanpa alasan yang kuat; hipertensi pasien (160/95) bukan kontraindikasi absolut untuk PCI—terutama bila tindakan segera diperlukan. Troponin positif sudah mendukung diagnosis tetapi tidak boleh menunda reperfusi. Sebelum PCI tetap berikan terapi awal (aspirin, P2Y12 inhibitor sesuai protokol, antikoagulan, oksigen jika SpO₂ <90%, analgesik) sambil persiapan kateterisasi.

Soal 2

Seorang anak laki-laki 18 bulan dibawa dengan muntah berkepanjangan sejak 24 jam dan diare cair 8× pada hari terakhir. Orang tua melaporkan anak tampak mengantuk, sedikit minum, dan pipis jarang. Pemeriksaan: BB sesuai kurva, T 37,5°C, nadi 160/mpm, napas 36/mpm, mukosa mulut kering, mata cekung, kulit menurun kembali lambat (~4 detik), fontanel tegang. Berat badan baseline 10 kg.
Berapakah derajat dehidrasi yang paling tepat dan manajemen rehidrasi awal yang harus Anda lakukan di pelayanan primer saat ini?

A. Dehidrasi ringan; beri ORS per oral 50–100 ml setiap kali muntah berkurang.
B. Dehidrasi sedang; beri ORS 75 ml/kg dalam 4 jam secara oral.
C. Dehidrasi berat; lakukan resusitasi cairan intravena bolus Ringer laktat 20 ml/kg lalu ulangi sesuai respons.
D. Dehidrasi berat; langsung pasang pengobatan antibiotik intravena dan observasi tanpa cairan bolus.
E. Tidak dehidrasi signifikan; cukup pemantauan dan ASI/MP-ASI dilanjutkan.

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Tanda-tanda: nadi cepat (160), mukosa kering, mata cekung, kulit menurun kembali lambat > 2 s (di sini ~4 s), penurunan kesadaran (mengantuk), dan penurunan produksi urine → mengarah ke dehidrasi berat. Pedoman anak (WHO/IMCI) merekomendasikan resusitasi cairan intravena cepat untuk dehidrasi berat: bolus kristaloid 20 ml/kg (contoh Ringer lactat atau NaCl 0,9%) yang dapat diulang jika perlu, dengan pemantauan ketat untuk tanda perbaikan (nadi, kesadaran, perfusi). Opsi B (ORS) sesuai untuk dehidrasi sedang bila anak dapat minum dan tidak muntah berat; ORS 75 ml/kg per 4 jam. Opsi D salah karena antibiotik tidak menggantikan resusitasi cairan. Opsi A dan E mengabaikan tanda berat. Setelah stabilisasi, lanjutkan rehidrasi dan evaluasi penyebab (infeksi, intususepsi, dsb.).

Soal 3

Seorang wanita 32 tahun datang dengan nyeri perut epigastrium yang progresif menjadi seluruh perut selama 12 jam, disertai mual dan demam 38,5°C. Riwayat operasi abdominal nihil. Pemeriksaan: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110, respirasi 22, abdomen kaku difus, nyeri tekan seluruh kuadran, bunyi usus menurun. Leukosit 16.500/µL, trombosit normal, kreatinin 0,9 mg/dL. Foto toraks tegak menunjukkan elevasi hemidiafragma kanan tanpa perforasi bebas jelas. Anda mencurigai peritonitis umum.
Langkah diagnostik dan manajemen awal paling tepat sebelum keputusan operasi adalah:

A. Segera observasi dan antibiotik oral karena pasien stabil hemodinamik.
B. Lakukan CT abdomen kontras vena untuk mencari sumber (mis. perforasi) dan konsult bedah emergensi untuk laparotomi jika menunjukkan kebutuhan.
C. Beri analgesik opiat dan rujuk pasien ke rawat inap untuk observasi 48 jam.
D. Menjalankan endoskopi diagnostik gastroduodenoskopi sebelum keputusan operasi.
E. Berikan terapi cairan dan analgesik saja, tunda antibiotik sampai ada hasil kultur.

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Tanda-tanda klinis (kaku difus, nyeri tekan difus, demam, leukositosis) mengarah ke peritonitis umum yang sering membutuhkan penanganan bedah darurat. Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan pencitraan yang cepat dan sensitif seperti CT abdomen dengan kontras IV membantu mengidentifikasi penyebab (perforasi viscus, abses, divertikulitis, apendiks perforasi) dan merencanakan intervensi (laparotomi vs laparoskopi). Sambil menunggu/selama evaluasi, manajemen awal meliputi cairan IV, analgesik, pemasangan NGT bila perlu, dan pemberian antibiotik IV spektrum luas yang menutup flora usus aerob/anaerob (tidak menunggu kultur). Opsi A (antibiotik oral) tidak cukup; opsi C/D/E tidak sesuai karena menunda langkah diagnostik dan terapi esensial. Konsultasi bedah harus segera.

Soal 4

Seorang ibu hamil G2P1 usia kehamilan 35 minggu datang dengan sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan nyeri epigastrium sejak 6 jam lalu. Tekanan darah 170/110 mmHg pada dua pengukuran terpisah, proteinuria dipstick ++, trombosit 110.000/µL, ALT sedikit naik. Janin menunjukkan detak jantung 140 bpm namun CTG menunjukkan variabilitas menurun.
Dari opsi berikut, penatalaksanaan yang paling tepat saat ini adalah:

A. Observasi di poliklinik dan pemberian antihipertensi oral lalu rujuk esok hari.
B. Diagnosa preeklampsia berat dengan gejala tanda-bahaya; segera pemberian magnesium sulfat untuk pencegahan eklampsia, kontrol tensi (mis. labetalol IV/nifedipin oral sesuai protokol), dan persiapan terminasi kehamilan (induksi atau sectio) berdasarkan kondisi maternal-fetal.
C. Beri aspirin dan observasi karena kehamilan sudah lanjut; tindakan definitif tunggu hingga persalinan spontan.
D. Hanya menurunkan tekanan darah dengan obat antihipertensi akut dan menunda pemberian magnesium sulfat karena trombosit rendah.
E. Rawat jalan, anjurkan istirahat total di rumah dan pengukuran tekanan darah mandiri.

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Kombinasi tekanan darah ≥160/110, simptom neurologis (sakit kepala hebat, gangguan penglihatan), nyeri epigastrium, proteinuria, dan trombosit menurun menunjukkan preeklampsia berat dengan tanda bahaya. Manajemen darurat: stabilisasi ibu, pemberian magnesium sulfat untuk mencegah eklampsia (kecuali kontraindikasi absolut), kontrol tekanan darah parenteral sesuai protokol (labetalol IV atau nifedipin kapsul/peroralmuka cepat), evaluasi koagulasi dan fungsi hati, serta penilaian status janin. Karena usia kehamilan 35 minggu dan adanya tanda bahaya serta CTG kurang baik, terminasi kehamilan (induksi persalinan terkontrol atau sectio caesarea jika indikasi obstetrik) perlu dipertimbangkan segera setelah stabilisasi. Trombosit 110.000/µL bukan kontraindikasi absolut untuk magnesium sulfat, tetapi perlu hati-hati dan monitoring. Opsi A/C/E menunda tindakan dan berisiko. Opsi D salah karena magnesium biasanya tetap diberikan; penurunan tekanan darah saja tidak cukup.

Soal 5

Seorang pasien laki-laki 72 tahun dengan diagnosis fibrilasi atrium kronis sedang menggunakan dabigatran 150 mg dua kali sehari. Baru-baru ini ditemukan gagal ginjal akut pada pemeriksaan (kreatinin meningkat dari baseline 1,0 menjadi 2,6 mg/dL; eGFR diperkirakan 25 ml/min/1,73m²). Pasien tidak mengalami perdarahan aktif tetapi akan menjalani tindakan invasif minor dalam 24 jam. Manakah pernyataan yang paling tepat terkait penatalaksanaan antikoagulasi pada pasien ini?

A. Lanjutkan dabigatran pada dosis yang sama karena risiko tromboemboli lebih besar daripada risiko perdarahan.
B. Hentikan dabigatran segera; karena dabigatran diekskresi ginjal, pada eGFR 25 ml/min perlu menghentikan obat dan pertimbangkan alternatif atau penangguhan sebelum tindakan.
C. Ganti dabigatran dengan heparin non-fraksionasi tanpa evaluasi lebih lanjut karena lebih mudah dikontrol.
D. Beri dosis ganda dabigatran seminggu sebelum tindakan agar level obat terkonsentrasi lebih cepat.
E. Teruskan dabigatran tetapi beri antidot idarucizumab prophylactically sebelum tindakan.

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Dabigatran terutama diekskresikan oleh ginjal; penurunan fungsi ginjal (eGFR 25 ml/min) meningkatkan akumulasi obat dan risiko perdarahan. Untuk pasien yang akan menjalani tindakan invasif, hentikan dabigatran dan atur waktu penghentian berdasar fungsi ginjal; pada eGFR 30–50 ml/min biasanya dianjurkan menghentikan 2–3 hari sebelum, pada eGFR <30 ml/min perlu pertimbangan penghentian lebih lama atau alternatif—karena pasien mengalami akut penurunan fungsi ginjal, penghentian segera diperlukan. Penggantian dengan heparin (opsi C) mungkin dipertimbangkan (bridging) pada pasien berisiko tromboemboli tinggi, tetapi keputusan harus individual dengan monitoring; tidak otomatis diganti tanpa evaluasi. Idarucizumab (opsi E) adalah antidot untuk dabigatran tetapi penggunaannya prophylactic tidak direkomendasikan —dipakai bila perdarahan berat atau kebutuhan emergensi untuk pembalikan. Opsi A dan D jelas salah/bahaya. Oleh karena itu opsi B paling tepat: hentikan dan evaluasi alternatif/penundaan tindakan.

Soal 6

Seorang pria 54 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas progresif sejak 3 hari terakhir. Ia memiliki riwayat hipertensi, DM tipe 2, dan pernah dirawat karena infark miokard 2 tahun lalu. Pemeriksaan fisik menunjukkan edema pitting pada kedua tungkai, bunyi napas basah halus di kedua basal paru, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi 112 kali/menit, dan JVP meningkat. EKG menunjukkan sinus takikardi, sedangkan foto toraks memperlihatkan kardiomegali dan edema paru interstisial. Setelah pemberian furosemid dan oksigen, gejala sedikit membaik. Dokter mempertimbangkan penyebab utama dekompensasi yang dialami pasien.

Apa penyebab PALING mungkin dari kondisi akut pasien ini?

A. Krisis hipertensi yang menyebabkan peningkatan tekanan afterload
B. Eksaserbasi asma yang ditutupi oleh edema paru
C. Infark miokard baru yang tidak terdeteksi pada EKG awal
D. Gagal jantung akut akibat ketidakpatuhan terhadap obat
E. Emboli paru submassive yang menyebabkan overload ventrikel kanan

Jawaban benar: A

Pembahasan:
Gambaran klinis (edema paru, JVP meningkat, kardiomegali, riwayat hipertensi) mengarah pada gagal jantung akut dekompensasi. Faktor pencetus paling sering adalah afterload yang meningkat mendadak, salah satunya melalui krisis hipertensi. Walaupun ketidakpatuhan obat dapat menyebabkan dekompensasi (opsi D), tetapi pada kasus ini terdapat tekanan darah sangat tinggi yang menjadi petunjuk kuat pencetus akut. Infark miokard baru (C) harus dipikirkan, namun EKG tidak menunjukkan perubahan khas dan gejala memburuk secara gradual, bukan tiba-tiba seperti MI.

Soal 7

Seorang perempuan 28 tahun datang ke puskesmas karena demam 6 hari, mual, dan ruam kemerahan pada lengan. Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 38,7°C, nadi 96 kali/menit, dan ruam makulopapular difus. Hasil laboratorium: Hb 12 g/dL, leukosit 3.200/µL, trombosit 95.000/µL, hematokrit meningkat. Uji cepat dengue (NS1 negatif, IgM positif). Pasien tampak lemah tetapi masih dapat minum. Dokter mempertimbangkan apakah pasien harus dirawat atau dapat rawat jalan.

Apa keputusan klinis yang PALING tepat?

A. Rawat jalan dengan edukasi tanda bahaya dan kontrol 24 jam
B. Rawat inap karena trombosit <100.000
C. Rawat inap karena memasuki fase kritis dengue
D. Rawat jalan dengan cairan oral yang ditingkatkan dan obat antipiretik
E. Rujuk segera ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Pasien hari ke-6 demam, trombosit menurun, hematokrit meningkat, dan tampak lemah — tanda bahwa ia memasuki fase kritis dengue, meski tidak ada perdarahan aktif. Pada fase ini, risiko kebocoran plasma meningkat sehingga perlu monitoring ketat. Rawat jalan (A, D) tidak tepat karena perubahan kecil dapat berakibat fatal. Rujukan (E) tidak diperlukan bila fasilitas mampu merawat, dan trombosit <100.000 saja (B) bukan indikator absolut rawat inap tanpa tanda lain.

Soal 8

Seorang anak laki-laki 6 tahun dibawa ke IGD karena muntah berulang, demam, dan penurunan kesadaran sejak 12 jam. Riwayat penyakit sebelumnya: cacar air 5 hari lalu. Pemeriksaan menunjukkan GCS 10, leher kaku, suhu 39°C, dan tanda vital stabil. CT-scan kepala normal. Lumbal pungsi menunjukkan: sel 50/µL dominan limfosit, protein sedikit meningkat, glukosa normal. Dokter mempertimbangkan etiologi kemungkinan ensefalitis.

Apa penyebab yang PALING mungkin berdasarkan skenario klinis?

A. Meningitis bakteri akut
B. Ensefalitis herpes simpleks
C. Ensefalomielitis pascainfeksi (post-infectious)
D. Ensefalitis akibat varicella-zoster
E. Meningitis tuberkulosis stadium awal

Jawaban benar: D

Pembahasan:
Anak baru mengalami cacar air (varicella) 5 hari lalu dan kini mengalami penurunan kesadaran + gejala ensefalitis. Varicella-zoster dapat menyebabkan ensefalitis akut 2–7 hari setelah muncul ruam. Lumbal pungsi (limfosit dominan, glukosa normal) mendukung infeksi virus. Herpes simplex (B) biasanya menunjukkan gejala lebih berat dan progresif, kadang dengan kelainan di lobus temporal. Post-infectious encephalomyelitis (C) biasanya timbul 1–3 minggu pascainfeksi, bukan 5 hari.

Soal 9

Seorang pria 40 tahun datang dengan nyeri hebat pada perut kanan bawah sejak 24 jam, disertai mual, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan kuadran kanan bawah, tanda Rovsing positif, dan leukosit 15.000/µL. Namun, USG menunjukkan gambaran apendiks tidak jelas karena banyak gas usus. Dokter perlu menentukan langkah diagnostik dan terapeutik selanjutnya.

Tindakan terbaik yang harus dilakukan adalah:

A. Observasi 12 jam sambil mengulang USG
B. Melakukan CT-scan abdomen dengan kontras
C. Memberikan antibiotik empiris dan memulangkan pasien
D. Laparotomi eksploratif tanpa imaging tambahan
E. Pemeriksaan darah tambahan untuk memastikan infeksi

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Kecurigaan klinis terhadap apendisitis akut sangat kuat (nyeri khas, Rovsing positif, leukositosis). USG kadang tidak konklusif karena gas usus. Dalam kasus seperti ini, CT-scan abdomen adalah modalitas terbaik untuk menegakkan diagnosis sebelum tindakan operatif. Observasi (A) berisiko memperburuk perforasi. Antibiotik tanpa diagnosis pasti (C) dan laparotomi tanpa imaging tambahan (D) tidak sesuai standar manajemen modern. Pemeriksaan darah tambahan (E) tidak akan menambah nilai diagnostik signifikan.

Soal 10

Seorang perempuan 35 tahun datang dengan keluhan palpitasi, penurunan berat badan, mudah berkeringat, serta gangguan tidur. Pemeriksaan menunjukkan takikardi 120 kali/menit, tremor halus, dan pembesaran difus tiroid tanpa nodul. Laboratorium menunjukkan TSH <0,01 µIU/mL, FT4 sangat meningkat, dan TRAb positif. Pasien ingin mengetahui pilihan terapi jangka panjang yang paling tepat.

Apa terapi definitif yang paling sesuai untuk kondisi pasien?

A. Propylthiouracil jangka panjang
B. Metimazol dosis rendah untuk 5 tahun
C. Radioaktif iodine sebagai terapi definitif
D. Pembedahan tiroid total pada semua pasien muda
E. Beta-blocker sebagai terapi utama

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Klinis mengarah pada penyakit Graves, ditandai tiroid difus, TSH sangat rendah, FT4 tinggi, dan TRAb positif. Terapi definitif yang umum direkomendasikan adalah radioaktif iodine (RAI). Obat antitiroid seperti PTU (A) atau metimazol (B) dapat mengontrol gejala, tetapi memiliki angka relaps yang cukup tinggi. Beta-blocker (E) hanya terapi simptomatik. Pembedahan (D) hanya dipilih bila RAI kontraindikasi atau terdapat gondok besar/kompresi.

Soal 11

Seorang laki-laki 63 tahun datang karena batuk berdahak kronis selama 6 bulan, sesak saat aktivitas ringan, dan penurunan berat badan. Ia memiliki riwayat merokok 30 pack-year. Pemeriksaan fisik menunjukkan barrel chest, napas memanjang, dan ronki halus. Saturasi oksigen 92% tanpa oksigen tambahan. Spirometri menunjukkan FEV₁/FVC <70% dan FEV₁ 45% dari prediksi. Foto toraks memperlihatkan hiperinflasi paru tanpa infiltrat. Pasien bertanya mengenai terapi jangka panjang yang paling bermanfaat untuk mengurangi frekuensi eksaserbasi.

Pilihan terbaik adalah:

A. Kortikosteroid oral jangka panjang
B. Inhaled corticosteroid (ICS) tunggal
C. Kombinasi LABA + LAMA inhalasi
D. Antibiotik profilaksis setiap bulan
E. Bronkodilator short-acting PRN saja

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Pasien menunjukkan gambaran PPOK derajat sedang–berat (FEV₁ 45%). Terapi terbaik untuk menurunkan eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup adalah kombinasi bronkodilator kerja panjang LABA + LAMA. ICS tunggal (B) tidak direkomendasikan tanpa eosinofil tinggi. Kortikosteroid oral jangka panjang (A) tidak dianjurkan karena efek samping signifikan. Antibiotik profilaksis (D) tidak rutin pada PPOK stabil.

Soal 12

Seorang perempuan 29 tahun G1P0 usia kehamilan 32 minggu datang karena nyeri perut bawah dan flek kecoklatan. Pemeriksaan obstetri menunjukkan serviks membuka 2 cm, effacement 60%, dan kontraksi 3 kali dalam 10 menit. Tidak ada ketuban pecah. Janin tunggal dengan presentasi kepala, denyut jantung janin reguler. Dokter mempertimbangkan tata laksana terbaik untuk menjaga kondisi ibu dan janin.

Tindakan yang paling tepat adalah:

A. Induksi persalinan karena serviks sudah membuka
B. Pemberian tokolitik dan kortikosteroid antenatal
C. Seksio sesarea segera untuk mencegah komplikasi
D. Observasi tanpa terapi karena kontraksi masih ringan
E. Memberikan antibiotik profilaksis dan memulangkan pasien

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Ibu mengalami ancaman persalinan prematur (preterm labor) pada usia 32 minggu dengan pembukaan serviks dan kontraksi adekuat. Tata laksana terbaik adalah tokolitik untuk menunda persalinan dan kortikosteroid antenatal untuk mematangkan paru janin. Induksi (A) dan seksio (C) tidak tepat karena janin belum cukup bulan. Observasi tanpa terapi (D) berisiko memperburuk kondisi.

Soal 13

Seorang laki-laki 22 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kejang tonik-klonik selama 3 menit. Setelah sadar, pasien tampak bingung dan mengeluh sakit kepala. Riwayat menunjukkan bahwa ia tidur hanya 2 jam semalam dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar sehari sebelumnya. Pemeriksaan fisik dan neurologis pasca-kejang normal, gula darah normal, serta tidak ditemukan trauma kepala.

Langkah terbaik dalam tata laksana adalah:

A. Memulai terapi antikejang jangka panjang
B. Melakukan CT-scan kepala segera
C. Mengobservasi dan mencari faktor pencetus terlebih dahulu
D. Memberikan benzodiazepin oral setiap hari
E. Melakukan pungsi lumbal segera

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Kejang tunggal pada dewasa muda dengan pencetus jelas (kurang tidur + alkohol) tidak memerlukan terapi antiepilepsi jangka panjang. CT-scan (B) dilakukan bila ada red flags, trauma, atau defisit neurologis—tidak ada dalam kasus ini. Pungsi lumbal (E) tidak indikatif. Fokus utama adalah observasi + eliminasi pencetus.

Soal 14

Seorang perempuan 47 tahun datang dengan keluhan poliuria, polidipsia, dan pandangan kabur. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan gula darah puasa 156 mg/dL, 2-jam postprandial 270 mg/dL, dan HbA1c 9,2%. Indeks massa tubuh 31 kg/m². Tidak ada komplikasi akut. Pasien ingin mengetahui terapi awal yang dapat menurunkan kadar gula secara efektif dan aman dalam jangka panjang.

Terapi awal yang paling tepat adalah:

A. Metformin + insulin basal
B. Metformin monoterapi
C. Insulin prandial tiga kali sehari
D. Sulfonilurea sebagai obat lini pertama
E. Hanya modifikasi gaya hidup tanpa obat

Jawaban benar: A

Pembahasan:
HbA1c >9% menunjukkan hiperglikemia berat, sehingga kombinasi metformin + insulin basal merupakan terapi awal untuk mencapai kontrol glukosa cepat dan aman. Metformin saja (B) tidak cukup. Sulfonilurea (D) bukan pilihan utama pada kondisi ini. Modifikasi gaya hidup (E) tidak memadai untuk kadar gula setinggi ini.

Soal 15

Seorang laki-laki 34 tahun datang dengan nyeri tajam pada dada kiri yang memburuk ketika menarik napas dalam. Dua minggu sebelumnya ia mengalami infeksi saluran pernapasan atas. Pemeriksaan fisik menunjukkan gesekan pleura (pleural friction rub), suhu 37,8°C, dan napas cepat. Foto toraks menunjukkan efusi pleura kecil tanpa infiltrat. Dokter mempertimbangkan diagnosis paling mungkin.

Apa diagnosis yang paling sesuai?

A. Pneumonia bakterial akut
B. Emboli paru
C. Perikarditis akut
D. Pleuritis viral
E. Pneumotoraks spontan kecil

Jawaban benar: D

Pembahasan:
Nyeri pleuritik tajam, gesekan pleura, riwayat infeksi saluran napas sebelumnya, dan efusi kecil sangat khas untuk pleuritis viral. Tidak ada tanda khas pneumonia (A). Emboli paru (B) biasanya disertai dispnea berat atau faktor risiko trombosis. Perikarditis (C) memberi nyeri non-pleuritik dan friction rub perikardial, bukan pleura. Pneumotoraks (E) biasanya tampak pada foto toraks berupa kolaps paru.

Soal 16

Seorang perempuan 51 tahun datang karena nyeri kepala hebat sejak pagi disertai muntah dan gangguan penglihatan. Nyeri terjadi mendadak ketika ia sedang bekerja. Riwayat hipertensi tidak terkontrol selama beberapa tahun. Pemeriksaan fisik: tekanan darah 198/112 mmHg, nadi 88 kali/menit, dan terdapat kekakuan leher ringan. CT-scan kepala non-kontras menunjukkan tidak ada perdarahan intraparenkim. Dokter mempertimbangkan diagnosis banding yang masih mungkin meski CT-scan awal normal.

Apa diagnosis yang paling mungkin pada kondisi ini?

A. Migrain akut dengan aura
B. Subarachnoid hemorrhage sentral dengan CT-scan normal awal
C. Stroke iskemik dengan onset mendadak
D. Hipertensi maligna tanpa komplikasi neurologis
E. Ensefalitis viral akut

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Nyeri kepala thunderclap mendadak, hipertensi berat, muntah, dan kaku leher sangat mencurigakan perdarahan subaraknoid (SAH). CT-scan dapat normal pada 6 jam awal untuk beberapa kasus SAH, sehingga diagnosis belum dapat disingkirkan. Migrain (A) tidak disertai kaku kuduk. Stroke iskemik (C) jarang menyebabkan kaku leher. Ensefalitis (E) memiliki gejala infeksi sistemik.

Soal 17

Seorang laki-laki 45 tahun datang dengan sesak napas progresif selama 3 hari, demam, dan batuk berdahak kuning. Riwayat diabetes dan perokok berat. Pemeriksaan: suhu 38,9°C, nadi 124 kali/menit, RR 30 kali/menit, tekanan darah 96/60 mmHg, dan saturasi 88% RA. Foto toraks menunjukkan infiltrat lobus bawah kanan. Dokter mendiagnosis pneumonia berat dan merencanakan terapi empiris awal.

Regimen antibiotik empiris yang paling tepat adalah:

A. Amoksisilin tunggal
B. Azitromisin tunggal
C. Ceftriaxone + azitromisin
D. Levofloxacin tunggal dosis rendah
E. Ampisilin + gentamisin

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Pasien memenuhi kriteria community-acquired pneumonia berat, disertai hipotensi, takikardi, dan hipoksia. Regimen empiris yang direkomendasikan adalah β-laktam (ceftriaxone) + makrolida (azitromisin). Regimen tunggal (A, B, D) tidak mencakup spektrum patogen luas untuk CAP berat. Ampisilin + gentamisin (E) lebih cocok untuk infeksi tertentu seperti sepsis neonatal.

Soal 18

Seorang anak perempuan 5 tahun dibawa ke IGD akibat demam 39°C, nyeri tenggorokan, dan bintik-bintik merah di kulit. Terdapat pula garis merah terang di lipatan siku dan lipatan selangkangan. Lidah tampak merah menyala (“strawberry tongue”). Pemeriksaan cepat streptokokus positif. Dokter menduga suatu kondisi komplikasi dari infeksi bakteri ini bila tidak ditangani dengan benar.

Komplikasi yang paling perlu dicegah melalui terapi adekuat adalah:

A. Glomerulonefritis akut
B. Rheumatic fever
C. Abses peritonsil
D. Pneumonia lobaris
E. Sepsis bakterial

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Gambaran klinis menunjukkan scarlet fever akibat infeksi Streptococcus pyogenes. Komplikasi paling penting untuk dicegah dengan antibiotik yang tepat adalah rheumatic fever, karena dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada jantung. Glomerulonefritis (A) dapat terjadi namun tidak dicegah dengan antibiotik. Abses (C) adalah komplikasi lokal.

Soal 19

Seorang perempuan 33 tahun datang dengan keluhan pusing, kelemahan, dan mudah lelah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 8,6 g/dL, MCV 72 fL, ferritin sangat rendah, dan TIBC meningkat. Pasien mengaku menstruasinya sangat banyak setiap bulan. Ia bertanya mengenai terapi yang paling efektif untuk memperbaiki anemia dalam kondisi seperti ini.

Pilihan terapi terbaik adalah:

A. Suplemen zat besi oral dosis rendah
B. Suplemen zat besi oral dosis tinggi teratur
C. Transfusi darah rutin
D. Suplemen vitamin B12 dan folat
E. Injeksi zat besi intravena langsung

Jawaban benar: B

Pembahasan:
Pasien mengalami anemia defisiensi besi dengan penyebab yang jelas (menoragia). Terapi utama adalah zat besi oral dosis terapeutik untuk meningkatkan ferritin dan Hb. Transfusi (C) hanya untuk kondisi berat dengan gejala hemodinamik. Injeksi intravena (E) digunakan bila intoleransi atau penyerapan buruk.

Soal 20

Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut dan lipat paha. Nyeri terjadi mendadak saat ia sedang mengangkat barang berat. Riwayat hipertensi lama. Pemeriksaan fisik menunjukkan denyut nadi tidak teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, dan terdapat massa berdenyut di perut bagian tengah. Dokter mencurigai kondisi gawat yang memerlukan tindakan segera.

Apa diagnosis yang paling mungkin?

A. Kolik ureter
B. Hernia inguinalis inkarserata
C. Ruptur aneurisma aorta abdominalis
D. Radikulopati lumbal akut
E. Ileus obstruktif mekanik

Jawaban benar: C

Pembahasan:
Nyeri hebat mendadak, massa berdenyut abdominal, hipotensi, dan riwayat hipertensi sangat mengarah pada ruptur aneurisma aorta abdominalis (AAA). Kolik ureter (A) tidak menyebabkan massa berdenyut. Hernia (B) menyebabkan benjolan lokal, bukan midline. Radikulopati (D) tidak menimbulkan instabilitas hemodinamik. Ileus (E) tidak menimbulkan nyeri mendadak dan denyut aorta.

Siapkan diri Anda menghadapi Uji Kompetensi Dokter Umum dengan lebih percaya diri!

Jangan hanya mengandalkan belajar sekilas—kuasai pola soal, latih clinical reasoning, dan pahami pembahasan yang dibuat khusus untuk memperkuat cara berpikir klinis Anda. Semua bisa Anda dapatkan melalui Paket Soal Premium di ujikom.id, dirancang untuk meningkatkan peluang kelulusan secara signifikan.

👉 Mulai langkah sukses Anda sekarang. Dapatkan paket soal lengkap di ujikom.id dan rasakan perbedaan dalam setiap sesi latihan!

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Tim UJIKOM

Tim UJIKOM

Kami adalah tim penulis konten edukatif di Ujikom.id yang fokus membagikan informasi seputar uji kompetensi, sertifikasi profesi, serta tips persiapan menghadapi UKOM. Dengan riset mendalam dan gaya bahasa yang mudah dipahami, kami berkomitmen membantu Anda lebih siap dalam meniti jalur karier profesional.

Dapatkan Ratusan Soal Uji Kompetensi + Pembahasan, berbasis CBT!

Butuh Bantuan?