Manajemen ASN merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap aparatur dalam menjalankan tugas pemerintahan dan pelayanan publik secara profesional. Pengelolaan ASN tidak hanya menyangkut penempatan pegawai, tetapi juga perencanaan kebutuhan, pengembangan kompetensi, penilaian kinerja, pengelolaan karier, dan pembinaan etika kerja. ASN dituntut mampu bekerja sesuai prinsip akuntabilitas, efektivitas, transparansi, dan berorientasi pada hasil agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan lebih berkualitas.
Uji Kompetensi Manajemen ASN diselenggarakan untuk memastikan bahwa pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan jabatan. Uji kompetensi ini digunakan dalam proses seleksi, kenaikan jenjang jabatan, mutasi, maupun evaluasi kinerja. Melalui latihan soal yang tepat dan sesuai kisi-kisi terbaru, ASN dapat meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan analitis dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tata kelola SDM pemerintahan.
Daftar Isi
ToggleKisi-Kisi Uji Kompetensi Manajemen ASN
Penguasaan manajemen ASN merupakan prasyarat penting bagi setiap aparatur dalam sistem pemerintahan yang berbasis kompetensi dan meritokrasi. Uji kompetensi ini mengukur kemampuan teknis, manajerial, dan perilaku kerja yang dibutuhkan untuk mengelola ASN secara profesional sesuai regulasi terbaru. Berdasarkan berbagai sumber regulasi termasuk BKN, berikut adalah materi utama yang biasanya diuji:
1. Perencanaan ASN dan Analisis Jabatan
Meliputi proses analisis jabatan, beban kerja, kebutuhan organisasi, perencanaan pegawai, dan penyusunan kebutuhan ASN yang terintegrasi dengan sistem merit.
2. Pengadaan dan Seleksi ASN
Memahami mekanisme rekrutmen, seleksi terbuka, sistem merit, penggunaan sistem informasi ASN (SIASN), serta peraturan terkini terkait pengadaan pegawai.
3. Pengembangan Kompetensi ASN
Menguasai hak dan kewajiban pengembangan kompetensi ASN, proses pelatihan klasikal dan non-klasikal, serta pemanfaatan Corporate University dan e-learning untuk memperkuat kapabilitas birokrasi.
4. Penilaian Kinerja ASN, SKP, dan Indikator Kinerja
Materi mencakup sistem penilaian kinerja berbasis hasil, pengukuran SKP, indikator kinerja individu dan organisasi, serta implementasi dalam evaluasi jabatan dan promosi.
5. Manajemen Talenta dan Karier ASN
Fokus pada identifikasi dan pembinaan talenta ASN, pemetaan kompetensi dan potensi pegawai, pemenuhan jabatan strategis berbasis kompetensi serta rotasi dan promosi yang adil
6. Disiplin ASN dan Penegakan Etika/Kode Etik
Meliputi penerapan kode etik, penerapan prinsip integritas, akuntabilitas, dan sistem disiplin pegawai dalam kerangka pemerintahan yang bersih (good governance) dan bebas korupsi.
7. Manajemen Kinerja Organisasi & Reformasi Birokrasi
Meliputi tata kelola organisasi, peningkatan efektivitas birokrasi, indikator reformasi pelayanan publik, dan penerapan sistem merit dalam manajemen ASN.
8. Sistem Penggajian, Tunjangan dan Jaminan ASN
Kompetensi terkait regulasi penggajian, tunjangan, pensiun, jaminan hari tua bagi ASN, serta pengaruhnya terhadap motivasi dan kinerja pegawai.
9. Budaya Kerja, Etika Publik, dan Anti-Korupsi
Fokus pada penerapan nilai dasar ASN seperti BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif), dan bagaimana budaya kerja mempengaruhi efektivitas manajemen ASN.
10. Transformasi Digital dan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik)
Menguji pemahaman tentang pemanfaatan teknologi digital, sistem informasi kepegawaian, data ASN, dan integrasi teknologi dalam proses manajemen ASN untuk pemerintahan yang lebih efisien.
11. Evaluasi Kinerja Unit dan Pelaporan Akuntabilitas (LAKIP / SAKIP)
Materi mencakup sistem pelaporan kinerja instansi pemerintah, akuntabilitas penggunaan anggaran, monitoring dan evaluasi program ASN, serta integrasi hasil ke dalam sistem SAKIP.
Contoh Soal Uji Kompetensi Manajemen ASN + Kunci Jawaban
Agar dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh, latihan soal menjadi langkah penting dalam mempersiapkan Uji Kompetensi Manajemen ASN. Melalui contoh soal ini, Anda bisa melihat bentuk kasus yang sering muncul, pola pengambilan keputusan yang sesuai prinsip sistem merit, serta cara menerapkan konsep manajemen ASN dalam situasi kerja nyata.
Soal 1
Sebuah OPD sedang menyusun rencana kebutuhan pegawai untuk 5 tahun ke depan. Dari hasil evaluasi beban kerja, ditemukan bahwa jumlah pegawai administrasi berlebih, sementara kebutuhan jabatan fungsional teknis meningkat. Namun pimpinan meminta agar semua pegawai tetap dipertahankan tanpa perubahan posisi karena khawatir menimbulkan resistensi. Langkah yang paling sesuai dengan prinsip sistem merit adalah…
A. Mempertahankan susunan pegawai saat ini agar stabilitas internal terjaga.
B. Menambah pegawai baru tanpa mengubah susunan pegawai yang sudah ada.
C. Melakukan redistribusi pegawai berdasarkan analisis jabatan dan kebutuhan organisasi.
D. Mengurangi pegawai administrasi tanpa mempertimbangkan kompetensi.
E. Memberikan tunjangan tambahan tanpa mengubah struktur organisasi.
Jawaban: C
Pembahasan:
Sistem merit menempatkan pegawai berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kebutuhan organisasi. Redistribusi pegawai merupakan langkah yang tepat dan sesuai hasil analisis beban kerja.
Soal 2
Dalam proses seleksi pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), panitia seleksi menerima tekanan dari pihak tertentu untuk memenangkan salah satu kandidat. Namun kandidat tersebut tidak memenuhi standar kompetensi dan hasil asesmen menunjukkan tingkat kepemimpinan rendah. Prinsip manajemen ASN yang harus dijunjung dalam pengambilan keputusan adalah…
A. Asas kepatutan dan pemerataan jabatan.
B. Independensi, objektivitas, dan bebas intervensi politik.
C. Pertimbangan senioritas jabatan sebelumnya.
D. Prioritas kepada kandidat yang diusulkan pimpinan.
E. Asas pemerataan antar unit tanpa memperhatikan kompetensi.
Jawaban: B
Pembahasan:
Pengisian JPT harus bebas intervensi politik dan berdasarkan kompetensi serta hasil penilaian objektif, sesuai prinsip sistem merit.
Soal 3
Seorang ASN merasa nilai SKP tahunannya tidak mencerminkan kinerja sebenarnya karena atasan tidak melakukan review target secara berkala. Sebagai pejabat pengelola kinerja, tindakan yang harus dilakukan adalah…
A. Mengunci nilai akhir SKP karena sudah ditandatangani pimpinan.
B. Meminta ASN tersebut menerima nilai sesuai penilaian atasan.
C. Melakukan dialog kinerja dengan ASN dan atasan untuk menyamakan pemahaman target dan capaian.
D. Mengubah nilai SKP sesuai permintaan ASN.
E. Memberikan mediasi melalui Komite Etik tanpa meninjau data kinerja.
Jawaban: C
Pembahasan:
Dialog kinerja merupakan elemen penting dalam performance management cycle untuk memastikan target dan capaian dipahami secara bersama.
Soal 4
Instansi ingin meningkatkan kompetensi pegawai, namun anggaran pelatihan terbatas. Pilihan yang paling tepat sesuai kebijakan pengembangan kompetensi berkelanjutan adalah…
A. Menghentikan seluruh pelatihan sampai anggaran kembali tersedia.
B. Memfokuskan pelatihan kepada pegawai golongan tinggi saja.
C. Mendorong pelatihan non-klasikal seperti coaching, e-learning, seminar internal, dan on-the-job training.
D. Mengalihkan pelatihan ke jam lembur pegawai.
E. Mengadakan pelatihan massal tanpa mempertimbangkan kebutuhan jabatan.
Jawaban: C
Pembahasan:
Pengembangan kompetensi tidak hanya melalui diklat klasikal, tetapi dapat dilakukan melalui berbagai metode non-klasikal yang lebih efisien biaya.
Soal 5
Pada proses rotasi pegawai antar unit, ditemukan sebagian pegawai menolak karena merasa tidak dilibatkan dalam perencanaan. Prinsip yang paling sesuai dalam manajemen karier adalah…
A. Rotasi dilakukan tanpa sosialisasi agar proses berjalan cepat.
B. Pegawai berhak menentukan unit kerja sendiri.
C. Rotasi dilakukan berdasarkan kebutuhan organisasi dan kompetensi, disertai komunikasi dan pembinaan transisi.
D. Rotasi hanya dilakukan jika pegawai setuju.
E. Pegawai yang menolak rotasi harus langsung diberikan sanksi.
Jawaban: C
Pembahasan:
Rotasi harus sesuai kebutuhan organisasi dan kompetensi pegawai, namun tetap memerlukan komunikasi dan pembinaan untuk menjaga motivasi dan adaptasi.
Soal 6
Sebuah dinas baru saja memperoleh tambahan anggaran untuk peningkatan kualitas layanan publik. Kepala dinas meminta agar seluruh pegawai mengikuti pelatihan teknis tanpa melihat relevansi jabatan. Namun Tim Pengembangan Kompetensi menemukan bahwa sebagian pegawai yang diwajibkan mengikuti pelatihan tidak memiliki tugas yang terkait langsung dengan materi pelatihan tersebut. Langkah yang paling tepat untuk memastikan efektivitas pengembangan kompetensi adalah:
A. Menjalankan perintah pimpinan tanpa penyesuaian demi menjaga keharmonisan organisasi.
B. Mengurangi jumlah peserta pelatihan berdasarkan usia pegawai.
C. Menyusun pemetaan kebutuhan kompetensi berbasis analisis kesenjangan kompetensi jabatan (gap analysis).
D. Mengutamakan pegawai yang berminat, bukan yang membutuhkan kompetensi.
E. Meminta seluruh pegawai mengikuti pelatihan yang berbeda-beda secara acak.
Jawaban: C
Pembahasan:
Pengembangan kompetensi harus berbasis kebutuhan jabatan melalui pemetaan kesenjangan kompetensi (gap analysis), bukan atas dasar pemerataan atau perintah semata.
Soal 7
Dalam proses penilaian kinerja tahunan, seorang pegawai mencapai seluruh target kuantitatif, namun mendapat banyak keluhan terkait perilaku kerja dan ketidaksopanan dalam melayani masyarakat. Atasan bingung menentukan nilai akhir karena secara angka pegawai tersebut memenuhi target. Prinsip penilaian kinerja yang harus diterapkan adalah:
A. Nilai kinerja hanya berdasarkan capaian angka SKP.
B. Perilaku kerja menjadi bagian penting dalam penilaian dan harus mempengaruhi nilai akhir.
C. Keluhan masyarakat tidak dapat dijadikan dasar penilaian.
D. Pegawai tetap diberi nilai tinggi agar tidak mempengaruhi suasana kerja.
E. Nilai SKP dibatalkan dan diganti dengan nilai rata-rata unit.
Jawaban: B
Pembahasan:
Penilaian kinerja ASN terdiri dari capaian kinerja dan perilaku kerja. Perilaku buruk meski capaian tinggi tetap menurunkan nilai akhir.
Soal 8
Suatu instansi melakukan rotasi pegawai dari unit A ke unit B dengan tujuan peningkatan kapasitas organisasi. Namun rotasi dilakukan tanpa pemberitahuan, tanpa analisis kompetensi, dan berdampak pada turunnya motivasi pegawai. Prinsip manajemen karier ASN yang tidak terpenuhi dalam kasus ini adalah:
A. Keterbukaan dan komunikasi dalam proses rotasi.
B. Kebutuhan organisasi sebagai prioritas.
C. Hak pegawai memilih unit kerja sendiri.
D. Keadilan dalam pemberian kompensasi.
E. Penilaian berbasis senioritas.
Jawaban: A
Pembahasan:
Rotasi harus dilakukan dengan komunikasi, penjelasan tujuan, dan pertimbangan kompetensi, bukan tiba-tiba.
Soal 9
Sebuah instansi sedang menyusun manajemen talenta. Dalam pemetaan, ditemukan pegawai yang memiliki potensi kepemimpinan tinggi, namun hasil kinerja tahunan berada pada kategori cukup. Tindakan yang tepat dalam manajemen talenta adalah:
A. Menghapus pegawai tersebut dari talent pool karena kinerjanya belum optimal.
B. Memasukkan pegawai ke dalam talent pool dengan rencana pengembangan kinerja terarah.
C. Menjadikan potensi sebagai satu-satunya dasar promosi.
D. Memberikan kenaikan jabatan langsung agar pegawai lebih termotivasi.
E. Memindahkan pegawai ke unit lain tanpa analisis.
Jawaban: B
Pembahasan:
Manajemen talenta memperhitungkan potensi dan kinerja, dan pegawai berpotensi dapat dikembangkan melalui coaching dan penguatan kinerja.
Soal 10
Dalam pelaksanaan SPBE di sebuah instansi, sistem informasi kepegawaian belum terintegrasi sehingga data pegawai tersebar di beberapa aplikasi berbeda. Untuk meningkatkan efektivitas manajemen ASN, langkah yang paling tepat adalah:
A. Mempertahankan banyak aplikasi agar unit dapat bekerja secara mandiri.
B. Menghapus seluruh aplikasi dan kembali ke sistem manual.
C. Mengintegrasikan data melalui satu platform informasi ASN yang terpadu.
D. Mengalihkan seluruh sistem kepada pihak ketiga tanpa pengawasan.
E. Menggunakan aplikasi yang dibuat masing-masing bidang tanpa standarisasi.
Jawaban: C
Pembahasan:
SPBE mengharuskan integrasi data dan layanan agar pengelolaan ASN efisien, akurat, dan akuntabel.
Soal 11
Sebuah organisasi perangkat daerah sedang menyusun SKP berbasis indikator kinerja individu. Namun ditemukan bahwa beberapa pegawai menetapkan target yang terlalu mudah dicapai agar memperoleh nilai tinggi. Sebagai pejabat pengelola kinerja, langkah yang tepat untuk menjaga kualitas SKP adalah:
A. Menetapkan standar indikator kinerja dan target yang terukur sesuai peran jabatan.
B. Membiarkan pegawai menetapkan target sendiri agar lebih mandiri.
C. Menurunkan kompleksitas SKP agar proses penilaian berjalan lebih cepat.
D. Menyetujui SKP apa adanya selama tidak ada keberatan dari atasan.
E. Mengganti seluruh indikator kinerja dengan indikator unit organisasi.
Jawaban: A
Pembahasan:
SKP harus mencerminkan kontribusi nyata jabatan, sehingga target perlu ditetapkan berbasis indikator yang terukur, relevan, dan menantang, bukan sekadar mudah dicapai.
Soal 12
Seorang ASN tidak mengikuti program pengembangan kompetensi selama tiga tahun terakhir karena sering diberikan tugas operasional. Hal ini berdampak pada stagnasi kemampuan teknisnya. Prinsip pengembangan kompetensi yang harus diterapkan oleh instansi adalah:
A. Pengembangan kompetensi merupakan hak ASN dan wajib difasilitasi oleh instansi.
B. Pelatihan diberikan hanya jika pegawai memiliki waktu luang.
C. Pegawai harus mencari pelatihan sendiri tanpa dukungan instansi.
D. Pengembangan kompetensi hanya diberikan kepada pejabat struktural.
E. Pelatihan dapat ditiadakan jika beban kerja tinggi.
Jawaban: Bukan B. Yang benar: A
Jawaban: A
Pembahasan:
Pengembangan kompetensi adalah hak ASN, sehingga instansi wajib menjadwalkan, memfasilitasi, dan menyesuaikan beban kerja agar pegawai dapat mengembangkan diri.
Soal 13
Dalam proses penyusunan kebutuhan pegawai tahunan, sebuah instansi menetapkan jumlah formasi berdasarkan sisa anggaran, bukan analisis beban kerja. Dampak utama yang berpotensi muncul adalah:
A. Ketidaksesuaian jumlah dan kualifikasi pegawai dengan kebutuhan organisasi.
B. Peningkatan motivasi pegawai karena formasi disesuaikan anggaran.
C. Meningkatnya kesempatan promosi untuk seluruh pegawai.
D. Penguatan sistem merit karena alokasi pegawai menjadi lebih fleksibel.
E. Efisiensi anggaran menjadi prioritas tanpa melihat dampak layanan.
Jawaban: A
Pembahasan:
Perencanaan pegawai harus berbasis kebutuhan organisasi dan analisis jabatan, bukan sekadar pertimbangan anggaran.
Soal 14
Pada penilaian perilaku kerja, seorang pegawai selalu menyelesaikan tugas tepat waktu tetapi sering menolak instruksi tambahan dan sulit bekerja sama dalam tim. Dalam penilaian perilaku kerja, aspek yang paling terpengaruh adalah:
A. Orientasi pada hasil.
B. Kemampuan teknis.
C. Kerja sama (collaboration).
D. Integritas pribadi.
E. Kemampuan komunikasi publik.
Jawaban: C
Pembahasan:
Penilaian perilaku mencakup dimensi kerja sama, dan sikap tidak siap berkolaborasi akan menurunkan skor pada aspek tersebut.
Soal 15
Dalam proses rotasi, seorang pegawai dipindahkan ke unit yang memerlukan kompetensi teknis khusus, namun pegawai tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan maupun pengalaman di bidang tersebut. Prinsip manajemen ASN yang dilanggar adalah:
A. Penempatan pegawai harus sesuai kualifikasi dan kompetensi.
B. Rotasi dilakukan untuk variasi pengalaman tanpa syarat kompetensi.
C. Semua pegawai harus bersedia ditempatkan di mana saja.
D. Penilaian jabatan dilakukan setelah rotasi.
E. Unit baru wajib mengubah tugas sesuai kemampuan pegawai.
Jawaban: A
Pembahasan:
Penempatan harus sesuai kompetensi dan persyaratan jabatan, bukan sekadar pengisian kebutuhan unit.
Soal 16
Dalam rapat evaluasi kinerja, ditemukan bahwa beberapa unit organisasi memiliki target kinerja yang tidak selaras dengan rencana strategis instansi. Hal ini menyebabkan output organisasi tidak konsisten dan sulit dievaluasi secara keseluruhan. Untuk memastikan keselarasan kinerja antar unit, pendekatan yang paling tepat digunakan adalah:
A. Mengizinkan setiap unit menentukan target secara independen agar fleksibel.
B. Menyusun cascading kinerja dari tingkat instansi ke unit, hingga individu agar konsisten.
C. Menetapkan target semua unit sama tanpa mempertimbangkan fungsi.
D. Menilai unit hanya berdasarkan output kuantitatif tanpa mempertimbangkan strategi.
E. Mengurangi indikator kinerja agar penyelarasan lebih mudah.
Jawaban: B
Pembahasan:
Keselarasan kinerja dicapai melalui cascading, yaitu penurunan sasaran dari instansi → unit → individu secara sistematis.
Soal 17
Dalam implementasi manajemen talenta ASN, ditemukan pegawai dengan kinerja tinggi tetapi tidak menunjukkan potensi kepemimpinan. Instansi ingin tetap melakukan pembinaan namun tidak menempatkan pegawai tersebut dalam jalur jabatan struktural. Langkah yang paling tepat adalah:
A. Tetap memasukkan pegawai dalam talent pool jabatan pimpinan karena nilai kinerja tinggi.
B. Memutasikan pegawai tersebut ke unit berbeda tanpa perubahan jalur karier.
C. Mendorong pegawai mengikuti diklat kepemimpinan meski tidak menunjukkan potensi.
D. Menempatkan pegawai pada jalur jabatan fungsional sesuai keahlian teknisnya.
E. Menunda penilaian hingga tahun berikutnya.
Jawaban: D
Pembahasan:
Pegawai dengan kinerja tinggi tetapi tanpa potensi kepemimpinan lebih tepat ditempatkan dalam pengembangan jabatan fungsional/keahlian, bukan struktural.
Soal 18
Sebuah instansi melakukan survei budaya kerja dan hasilnya menunjukkan rendahnya kolaborasi antar unit. Pimpinan ingin meningkatkan budaya kerja tanpa menambah anggaran besar. Langkah yang paling tepat adalah:
A. Mengadakan pelatihan motivasi massal.
B. Memberikan reward finansial pada unit dengan kolaborasi terbaik.
C. Membentuk tim kerja baru dengan struktur kepemimpinan lebih ketat.
D. Melakukan rotasi paksa untuk mencampur pegawai antar unit.
E. Membangun forum kerja lintas unit, project bersama, dan mekanisme komunikasi rutin.
Jawaban: E
Pembahasan:
Peningkatan budaya kolaborasi efektif dilakukan melalui kerja lintas unit, komunikasi, dan kolaborasi proyek, bukan intervensi biaya besar.
Soal 19
Seorang pegawai keberatan atas nilai SKP yang diberikan karena merasa atasan tidak melakukan pembinaan kinerja sepanjang tahun. Langkah yang paling tepat sesuai siklus manajemen kinerja adalah:
A. Melakukan dialog kinerja antara pegawai dan atasan untuk meninjau kembali target dan capaian secara objektif.
B. Menaikkan nilai SKP agar kondisi kerja tetap kondusif.
C. Menyerahkan penilaian kepada tim independen tanpa melibatkan atasan.
D. Menjalankan nilai sesuai keputusan atasan tanpa revisi.
E. Menunda penilaian hingga periode berikutnya.
Jawaban: A
Pembahasan:
Dialog kinerja adalah bagian wajib dalam siklus penilaian kinerja untuk menyamakan ekspektasi dan meninjau objektivitas capaian.
Soal 20
Instansi sedang menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan. Agar program pelatihan tepat sasaran, instansi perlu melakukan langkah awal berupa:
A. Menentukan jenis pelatihan berdasarkan preferensi pegawai senior.
B. Mengalokasikan anggaran pelatihan secara merata ke semua unit.
C. Melakukan analisis kesenjangan kompetensi dan kebutuhan jabatan (training need analysis).
D. Mengadakan pelatihan massal tanpa melihat kebutuhan jabatan.
E. Memberikan pelatihan hanya kepada pegawai berprestasi tinggi.
Jawaban: C
Pembahasan:
Pengembangan kompetensi harus didasarkan pada analisis kebutuhan pelatihan (TNA) agar pelatihan relevan, tepat sasaran, dan efektif.
Siapkan Diri Menghadapi Uji Kompetensi Manajemen ASN dengan Latihan Soal yang Tepat

Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan mengambil keputusan berbasis sistem merit, Anda dapat melanjutkan latihan melalui bank soal Uji Kompetensi Manajemen ASN yang tersedia di Ujikom.id
Semua soal telah disusun sesuai kisi-kisi terbaru, dilengkapi pembahasan, dan tersedia dalam format simulasi CBT sehingga Anda dapat mengukur nilai, mengulang latihan, serta memahami pola soal yang sering muncul.


